sumber informasi mulai dunia pendidikan, hiburan, politik, kebudayaan, keagamaan, dan wirausaha mandiri
Rabu, 24 Oktober 2012
Kamis, 18 Oktober 2012
Assalamualakum wr.wb.
hallo SAHABAT blogger..
selamat sore, terimakasih anda mengunjungi SAHABAT Blogger kami..
SAHABAT dibuat oleh seorang mahasiswa biologi, yang nama Novian Effendy.S.Pd. dengan nama akrab panggilan Vian. ia adalah orang yang cerdas,cerdik dan pintar. mempunyai cita-cita menjadi orang sukses di dunia dan di akherat.
SAHABAT blogger kami membuka iklan gratis bagi anda yang ingin membuka usaha tapi gak bisa dalam pengiklanan kami siap membantu anda.
hallo SAHABAT blogger..
selamat sore, terimakasih anda mengunjungi SAHABAT Blogger kami..
SAHABAT dibuat oleh seorang mahasiswa biologi, yang nama Novian Effendy.S.Pd. dengan nama akrab panggilan Vian. ia adalah orang yang cerdas,cerdik dan pintar. mempunyai cita-cita menjadi orang sukses di dunia dan di akherat.
SAHABAT blogger kami membuka iklan gratis bagi anda yang ingin membuka usaha tapi gak bisa dalam pengiklanan kami siap membantu anda.
Evolusi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masalah
penciptaan manusia termasuk salah satu pembahasan kuno yang mungkin telah
mendapat perhatian dari sejak manusia itu diciptakan. Dengan menilik
kitab-kitab samawi beberapa agama seperti agama Yahudi, Kristen, dan Islam,
kekunoan pembahasan dapat kita lihat dengan jelas. Lalu bagaimana sebuah
pembahasan komparatif antara ayat-ayat kitab samawi yang menyinggung penciptaan
manusia dengan teori evolusi. Dengan kata lain, perbandingan antara keyakinan
para ahli tafsir dan pengetahuan yang diyakini oleh para ilmuwan ilmu alam
tentang tata cara penciptaan manusia. Akan tetapi, kejelasan tentang masalah
ini bergantung pada penjelasan yang benar tentang teori pemikiran ini, dan juga
pada pemaparan latar belakang sejarah dan sikap-sikap yang pernah diambil dalam
menanggapinya. Tujuan asli tulisan ini adalah kita ingin menemukan sumber kehidupan
manusia. Yang jadi pertanyaan kita selama ini adalah apakah seluruh jenis
binatang dan tumbuh-tumbuhan muncul dengan bentuk seperti ini dan dengan
karakteristik dan keistimewaan yang independen dari sejak awal mereka
diciptakan, lalu mereka juga berkembang biak dengan dengan cara yang sama?
Ataukah seluruh binatang dan tumbuh-tumbuhan itu berasal dari spicies yang
sangat sederhana dan hina, lalu mereka mengalami perubahan bentuk lantaran
faktor lingkungan dan natural yang beraneka ragam, dan setelah itu mereka
memperoleh bentuk yang lebih sempurna dengan gerakan yang bersifat gradual
sehingga memiliki bentuk seperti sekarang ini?.
Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan ilmu bidang teknologi, pastinya
kita bertanya-tanya apakah benar pernyataan para ilmuawan dan evolusioner
terdahulu? Apakah kita menerima bahwa makhluk yang ada di dunia ini benar-benar
ada karena secara kebetulan yang tercipta karena alam yang mengendalikan?.
Tentunya manusia yang beragama dan memahami hakikat ilmu penegtahuan, meragukan
semua yang dikemukakan oleh para evolusioner. Makalah ini akan membahas semua
keraguan kita akan kebenaran teori evolusi ditinjau dari segi agama khususnya
dalam ayat suci alqur’an.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
didapati rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud evolusi dan
alqur’an?
2.
Bagaimanakah sejarah perkembangan
evolusi?
3.
Bagaimanakah ayat alqur’an menjelaskan
evolusi?
4.
Bagaimanakah proses keruntuhan
evolusi ditinjau dari aspek agama (alqur’an)?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini agar
mahasiswa dapat memahami:
1.
Apa yang dimaksud evolusi dan
alqur’an?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan
evolusi?
3.
Bagaimana ayat alqur’an
menejelaskan evolusi?
4.
Bagaimana proses keruntuhan
evolusi ditinjau dari aspek agama (alqur’an)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evolusi dan Alqur’an
Evolusi (dalam
kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam waktu yang
sangat lama. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses
utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi
ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan
menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh
dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada
spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.
Al-Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa,
Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al-Qur'an,
"Maka apakah
mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ? Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan dari
sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
(Al Qur'an, 4:82)
Tidak hanya kitab ini bebas dari segala
pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al-Qur'an
semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari.
Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk
berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya
sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)
Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah
menegaskan: "Dan katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir." (Al Qur'an, 18:29)
"Sekali-kali
jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12)
B. Sejarah Perkembangan Evolusi
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis
yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di
zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah
filsafat, kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak
filsafat pagan. Akan tetapi bukan
filsafat pagan kuno ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan
perkembangan ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada
umumnya mereka yang memelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai
keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka berusaha menyingkap
rahasia jagat raya yang telah diciptakan Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail
dalam ciptaan-Nya. Ahli Astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo; bapak
paleontologi, Cuvier; perintis
botani dan zoologi, Linnaeus; dan Isaac Newton, yang dijuluki sebagai
"ilmuwan terbesar yang pernah ada", semua mempelajari ilmu
pengetahuan dengan tidak hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa
keseluruhan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya Albert Einstein, yang dianggap sebagai
orang paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai
Tuhan dan menyatakan, "Saya tidak
bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu.
Ibaratnya: ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang." Salah
seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck mengatakan bahwa
setiap orang, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh, akan
membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata:
"Berimanlah". Keimanan adalah
atribut penting seorang ilmuwan.
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul
bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian
menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham
materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi.
Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup
ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa
kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan tetapi, akal manusia
sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang
mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang
bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan
"teori evolusi" di pertengahan abad ke-19.
a. Khayalan Darwin
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan
dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert
Darwin. Darwin tidak pernah
mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir
pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara
sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle,
yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia
selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk
hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia
mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh
adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal
usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap
lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan
secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan
menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.

Darwin menamakan proses ini "evolusi melalui seleksi
alam". Ia mengira telah menemukan "asal usul
spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan
pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species, By Means of
Natural Selection pada tahun 1859.
Darwin sadar
bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada
bab "Difficulties of the
Theory". Kesulitan-kesulitan ini terutama pada
catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak
mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup. Darwin
berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru;
tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak
memadai untuk sebagian kesulitan tersebut. Seorang ahli fisika Amerika, Lipson,
mengomentari "kesulitan-kesulitan" Darwin tersebut: namun, dengan terus majunya perkembangan zaman, maka
banyak ilmuwan yang membantah teori evolusi milik Darwin, sebagian besar
menuliskannya dalam buku .
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Dewasa ini, puluhan ribu ilmuwan
di seluruh dunia, terutama di AS dan Eropa, menolak teori evolusi dan telah
menerbitkan banyak buku tentang ketidakbenaran teori tersebut. Di samping ini
beberapa contohnya.
|
b. Mekanisme khayalan evolusi
a) Seleksi Alam
Sebagai suatu proses alamiah, seleksi alam telah dikenal ahli biologi
sebelum Darwin, yang mendefinisikannya sebagai "mekanisme yang menjaga
agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak". Darwin adalah orang
pertama yang mengemukakan bahwa proses ini memiliki kekuatan evolusi. Ia
kemudian membangun seluruh teorinya berlandaskan pernyataan tersebut. Seleksi
alam sebagai dasar teori Darwin ditunjukkan oleh judul yang ia berikan pada
bukunya: The Origin of Species, by means of Natural Selection.
Akan tetapi, sejak masa Darwin, tidak pernah dikemukakan sebuah bukti
pun yang menunjukkan bahwa seleksi alam telah menyebabkan makhluk hidup
berevolusi. Colin Patterson, seorang ahli paleontologi senior pada Museum of
Natural History di Inggris, yang juga seorang evolusionis terkemuka, menegaskan
bahwa seleksi alam tidak pernah ditemukan memiliki kekuatan yang menyebabkan
sesuatu berevolusi: “Tidak seorang pun pernah menghasilkan suatu
spesies melalui mekanisme seleksi alam”, bahkan sekadar untuk
mendekatinya. Kebanyakan perdebatan dalam neo-Darwinisme sekarang ini adalah
seputar pertanyaan ini.
b) Penggelapan warna awan karena
pengaruh industri
Pada tahun 1986, Douglas Futuyma menerbitkan sebuah buku, The Biology
of Evolution, yang diterima sebagai salah satu sumber paling eksplisit
menjelaskan teori evolusi melalui seleksi alam. Contohnya yang paling terkenal
adalah mengenai warna populasi ngengat, yang tampak menjadi lebih gelap selama
Revolusi Industri di Inggris. Menurut
kisahnya, pada awal Revolusi Industri di Inggris, warna kulit batang pohon di
sekitar Manchester benar-benar terang. Karena itu, ngengat berwarna gelap yang
hinggap pada pohon-pohon tersebut mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa,
sehingga mereka memiliki kemungkinan hidup yang rendah. Lima puluh tahun
kemudian, akibat polusi, warna kulit kayu menjadi lebih gelap, dan saat itu
ngengat berwarna cerah menjadi yang paling mudah diburu. Akibatnya, jumlah
ngengat berwarna cerah berkurang, sementara populasi ngengat berwarna gelap
meningkat karena mereka tidak mudah terlihat. Evolusionis menggunakan ini
sebagai bukti kuat teori mereka. Mereka malah berlindung dan menghibur diri di
balik etalase dengan menunjukkan bahwa ngengat berwarna cerah "telah
berevolusi" menjadi ngengat berwarna gelap.

c) DAPATKAH SELEKSI ALAM
MENJELASKAN KOMPLEKSITAS
Evolusionis juga menggunakan metode menyesatkan
lainnya dalam masalah seleksi alam: mereka berusaha menampilkan mekanisme ini
sebagai "perancang yang memiliki kesadaran". Akan tetapi, seleksi alam tidak memiliki kesadaran. Seleksi alam tidak memiliki
kehendak yang dapat menentukan apa yang baik dan yang buruk bagi makhluk hidup.
Karenanya, seleksi alam tidak dapat menjelaskan sistem-sistem biologis dan
organ-organ yang memiliki "kompleksitas tak tersederhanakan" (irreducible complexity).
Sistem-sistem dan organ-organ ini tersusun atas kerja sama sejumlah besar
bagian, dan tidak berfungsi jika ada satu saja bagian yang hilang atau rusak.
(Contohnya, mata manusia tidak berfungsi kecuali jika semua detailnya ada).
Jadi, kehendak yang menyatukan bagian-bagian tersebut seharusnya mampu
memperkirakan masa depan dan langsung mengarah pada keuntungan yang perlu
dicapai pada tahapan terakhir. Karena seleksi alam tidak memiliki kesadaran
atau kehendak, seleksi alam tidak dapat melakukan hal seperti itu. Fakta ini,
yang juga menghancurkan pondasi teori evolusi, telah membuat Darwin khawatir:"Jika dapat ditunjukkan suatu organ
kompleks, yang tidak mungkin terbentuk melalui banyak modifikasi kecil
bertahap, maka teori saya akan sepenuhnya runtuh.
![]() |
![]() |
Seleksi alam berperan sebagai mekanisme pengeliminasi individu-individu
lemah dalam suatu spesies. Ini adalah kekuatan konservasi yang menjaga
spesies yang ada dari kepunahan. Namun mekanisme ini tidak memiliki kemampuan
mengubah satu spesies ke spesies lain.
|
d) Mutasi
Mutasi didefinisikan sebagai pemutusan atau
penggantian yang terjadi pada molekul DNA, yang terdapat dalam inti sel makhluk
hidup dan berisi semua informasi genetis. Pemutusan atau penggantian ini
diakibatkan pengaruh-pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap
mutasi adalah "kecelakaan" dan merusak nukleotida-nukleotida yang
membangun DNA atau mengubah posisinya. Hampir selalu, mutasi menyebabkan
kerusakan dan perubahan yang sedemikian parah sehingga tidak dapat diperbaiki
oleh sel tersebu
Kiri: Seekor lalat buah (drosophila) normal.
Kanan: Seekor lalat buah dengan kaki tumbuh di kepala; mutasi akibat radiasi. Efek mutasi yang mengenaskan pada tubuh manusia. Bocah laki-laki di samping adalah korban kecelakaan instalasi nuklir Chernobyl. |
e)
Fosil
Seorang ahli paleontologi Inggris
ternama, Derek V. Ager, mengakui fakta fosil meskipun dirinya seorang
evolusionis. Jika kita mengamati catatan fosil secara terperinci, baik pada
tingkat ordo maupun spesies, maka yang selalu kita temukan bukanlah evolusi bertahap, namun ledakan
tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan kelompok lain.
Ahli paleontologi evolusionis lainnya, Mark Czarnecki, berkomentar sebagai
berikut: Kendala utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah
catatan fosil; jejak spesies-spesies yang terawetkan dalam lapisan bumi.
Catatan fosil belum pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan hipotetis
Darwin - sebaliknya, spesies
muncul dan musnah secara tiba-tiba. Anomali ini menguatkan
argumentasi kreasionis bahwa setiap spesies diciptakan oleh Tuhan.
FOSIL-FOSIL HIDUP
Teori evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup
terus-menerus berevolusi menjadi spesies lain. Namun ketika kita membandingkan
makhluk hidup dengan fosil-fosil mereka, kita melihat bahwa mereka tidak
berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini adalah bukti nyata yang meruntuhkan
pernyataan evolusionis.
|
C. Keruntuhan Evolusi
berdasarkan Agama
Dalam bab sebelumnya, telah kita bahas bagaimana manusia yang
telah diyakinkan bahwa evolusi itu adalah sebuah fakta (kenyataan), dan bukan
teori, mungkin tak menyadari berbagai kemajuan ilmiah terkait dan mutakhir, yang
membantah paham Darwinisme. Terlebih
lagi tiadanya kesadaran ini menghalau kaum evolusionis
Muslim untuk terus menerima gagasan dan kepercayaan yang sudah dibuktikan
sebagai tak absah oleh ilmu pengetahuan. Lebih jauh, mereka mengabaikan
kenyataan bahwa landasan yang mendasari evolusi mencerminkan tabiat pagan
(musyrik, atau tak beragama), menganggap bahwa kuasa ilahiah dimiliki oleh
unsur kebetulan atau ketidaksengajaan dan peristiwa alam, dan telah menyebabkan
amat banyak penindasan, pertikaian, perang, dan berbagai malapetaka lain.
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang
di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain
hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al An’aam, 6: 116)
Allah menciptakan segalanya, dalam bentuk dan pada waktu
yang Dia tetapkan, tanpa menggunakan contoh apa pun, dan dari ketiadaan. Karena
Dia suci dari cacat apa pun, dan kaya tanpa membutuhkan apa pun, Dia tidak membutuhkan
penyebab, sarana, atau tahap bagi penciptaan olehNya. Tak seorang pun yang
boleh teperdaya oleh kenyataan bahwa segala sesuatu itu terkait dengan sebab
dan hukum alam tertentu. Namun, Allah adalah di atas semua sebab dan hukum,
karena Dia yang menciptakan itu semua.
Allah, Tuhan Bumi dan langit, bisa saja melenyapkan semua
sebab ini jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia dapat menciptakan manusia yang
tidak memerlukan oksigen untuk hidup, dan akibatnya, tidak memerlukan
paru-paru. Menimbang hal ini, mengapa “perlu” Dia menyempurnakan paru-paru,
dengan cara membuatnya berevolusi seiring dengan waktu, atau pun melalui
mekanisme lainnya? Karena itu, sepenuhnya keliru apabila seseorang menganggap
bahwa keagungan dan kekuatan Allah dibatasi oleh nalar dan perasaannya sendiri.
Kita dapat memiliki pengetahuan hanya sebatas yang Dia izinkan.
Allah dapat menggunakan tahap-tahap tertentu dalam
penciptaan olehNya jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia mengeluarkan tumbuhan dari
sebutir benih, atau seorang manusia dari pertemuan sel mani dengan sel telur.
Namun tahap-tahap ini, sebagaimana akan kita lihat nanti, sama sekali tidak
berkaitan dengan evolusi, dan tidak memberikan tempat bagi ketidaksengajaan dan
kebetulan. Setiap tahap dalam merekahnya tumbuhan, atau berubahnya satu sel
menjadi seorang manusia “dalam bentuk yang sebaik-sebaiknya”, terjadi berkat
sistem sempurna yang diciptakan oleh kekuasaanNya yang tak terhingga.
Allah menghendaki dan menciptakan Bumi dan langit, semua
yang berada di antara keduanya, dan semua makhluk hidup dan tak-hidup. Ini
sangat mudah bagiNya, sebagaimana ditunjukkan dalam Al Qur’an:
“Dan Dialah yang menciptakan
langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia
mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala
kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang
nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS.
Al An’aam, 6: 73)
“Sesungguhnya
perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya
mengatakan kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia”.
(QS. An Nahl, 16: 40)
“Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan
sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia”. (QS. Al
Mu’min, 40: 68)
Allah membuat semua hukum di alam semesta, dan memberi
hukumhukum itu bentuk yang Dia pilihkan, mewujudkan apa yang Dia kehendaki dan
ketika Dia kehendaki, meliputi segala apa yang ada di Bumi dan di langit, dan
mengatur segalanya dengan kekuasaanNya. Namun, sebagian orang tidak betul-betul
memahami kekuatanNya, sehingga menilaiNya berdasarkan kekuatan sendiri yang
terbatas. Allah mengungkapkan keberadaan mereka dalam Al Qur’an:
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di
kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” … (QS. Al An’aam, 6: 91)
“Mereka tidak mengenal Allah dengan
sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa”. (QS. Al Hajj, 22: 74)
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya,
padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit
digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa
yang mereka persekutukan”.
(QS. Az Zumar, 39: 67)
(QS. Az Zumar, 39: 67)
Berlawanan dengan apa yang diajukan oleh mereka yang
percaya pada penciptaan lewat evolusi, Allah tidak menciptakan kera dahulu,
lalu menyebabkan kera berevolusi menjadi manusia melalui bentuk-bentuk
peralihan yang cacat dengan alat tubuh yang kurang. Melainkan, sebagaimana
diungkapkan Al Qur’an, Allah menciptakan manusia dalam cara yang paling
sempurna:
“Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At Tiin, 95: 4)
“Dia menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu,
dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu)”. (QS. At Taghaabun, 64: 3)
Ayat-ayat di atas merupakan sebagian bukti bahwa Allah
menciptakan manusia dalam bentuk sempurna, dengan kata lain, bentuk manusia
sekarang. Tentu saja, manusia juga memiliki sejumlah cacat dan kelemahan, semua
itu mengingatkannya akan kekurangannya di hadapan Tuhannya. Kelainan bentuk dan
cacat tubuh adalah bukti penciptaan yang bertujuan, sebab semua itu berguna
sebagai pengingat bagi mereka yang melihatnya, dan sebagai ujian bagi yang
menyandangnya.
Sebagai bentuk dan jenis, Allah menciptakan semua makhluk
hidup dengan seketika dan sempurna, tanpa memerlukan evolusi sama sekali.
Kebenaran nyata ini diungkapkan Al Qur’an:
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di
langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Hasyr, 59: 24)
Al Qur’an melukiskan betapa mudah penciptaan itu bagi
Allah:
“Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa
menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang diganti sesudah hancur itu? Benar,
Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS.Yaa Siin, 36: 81)
“Tidaklah Allah menciptakan dan
membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti
(menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Luqman, 31: 28)
Hal penting lain yang terabaikan oleh mereka yang percaya
pada penciptaan evolusi, adalah keragaman bentuk ciptaan Allah. Allah telah
mengadakan makhluk hidup yang jauh berbeda dari manusia dan hewan, misalnya
malaikat dan jin. Masalah ini akan dibahas di halaman-halaman berikut.
·
Malaikat Bersayap Dua,
Tiga, dan Empat
Malaikat adalah makhluk yang selalu
mematuhi perintah Allah. Al Qur’an melukiskan penciptaannya sebagai berikut:
“Segala puji bagi Allah Pencipta
langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga
dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”. (QS. Faathir, 35: 1)
Sebagaimana dapat kita lihat dari
penggambaran di atas, bentuk malaikat jauh berbeda dengan manusia. Allah
memerintahkan agar memerhatikan bentuk-bentuk ciptaan yang berbeda dalam ayat
di atas. Ayat-ayat juga menunjukkan bagaimana
malaikat tunduk kepada perintah Allah dan menaatiNya:
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan
semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka
(malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa
atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An Nahl, 16: 49-50)
“Al Masih sekali kali tidak
enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang
terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya dan
menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya”.
(QS. An Nisaa’, 4: 172)
(QS. An Nisaa’, 4: 172)
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim, 66: 6)
Selain itu, malaikat diciptakan
sebelum manusia. Ternyata, Allah memberitahu para malaikat ketika Dia akan
menciptakan Adam, manusia pertama, dan memerintahkan mereka bersujud kepadanya.
Pada saat yang sama, Allah memberi
Nabi Adam AS, pengetahuan yang berbeda dengan yang dimiliki para malaikat, dan mengajarkannya
nama-nama benda. Para malaikat tidak memiliki pengetahuan itu. Seperti
dinyatakan Al Qur’an:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para
malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah
berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
“Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka, sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.
(QS. Al Baqarah, 2: 30-34)
(QS. Al Baqarah, 2: 30-34)
Apabila kita cermati ayat-ayat yang
membahas penciptaan makhluk hidup dan manusia, kita melihat bahwa penciptaan
ini terjadi secara ajaib dan di luar hukum-hukum alam. Inilah bagaimana Allah
mengungkapkan penciptaan makhluk hidup:
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian
dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan
dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu”. (QS. An Nuur, 24: 25)
Ayat ini merujuk ke kelompok-kelompok utama makhluk hidup
di Bumi (reptil, burung, dan mamalia) dan mengatakan bahwa Allah menciptakan
itu semua dari air. Ditinjau lebih seksama, kelompok-kelompok ini tidak
diciptakan “dari satu kelompok menjadi kelompok lainnya”, sebagaimana “diramalkan” oleh teori evolusi, namun
“dari air”. Dengan kata lain, semua itu dibentuk secara terpisah dari satu zat
yang dibentuk Allah.
Ilmu pengetahuan mutakhir
juga menegaskan bahwa satu zat tersebut adalah air, penyusun dasar setiap tubuh yang hidup. Tubuh mamalia adalah kira-kira 70 persen air. Air tubuh setiap makhluk
hidup memungkinkan hubungan di antara sel-sel, maupun hubungan di dalam sel dan antar-jaringan. Sudah disepakati bahwa tiada yang bisa hidup tanpa air.
“Hai manusia,
apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang
Maha Pemurah Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia
kehendaki, Dia menyusun tubuhmu”. (QS. Al
Infithaar, 82: 6-8)
”Dan sesungguhnya telah
kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami
berfirman: “Jadilah kamu kera yang hina.” Maka, Kami jadikan yang demikian itu
peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian,
serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Baqarah,
2: 65-66)
Ayat ini tidak bisa ditafsirkan dalam cara yang sejalan
dengan teori evolusi, karena:
1) Hukuman yang dimaksudkan mungkin dalam pengertian rasa
keagamaan. Dengan kata lain, mungkin orang-orang Yahudi tersebut disejajarkan
dengan kera dalam pengertian perangai, dan tidak dalam penampakan jasmaniah
yang sebenarnya.
2) Jika hukuman yang dimaksud terjadi dalam bentuk
jasmaniah, itu merupakan keajaiban di luar hukum alam. Kita di sini berbicara
tentang keajaiban di luar kekuatan alam biasa yang berlangsung seketika atas
kehendak Allah, suatu penciptaan yang sadar. Evolusi menyatakan bahwa makhluk
hidup, yang berlain-lainan jenis, beralih dari satu jenis ke jenis yang lain
selama jutaan tahun, secara tanpa disengaja dan bertahap. Karena alasan inilah,
kisah Al Qur’an di atas tidak berkaitan apa-apa dengan jalan cerita yang
diajukan oleh mereka yang mendukung evolusi.
Nyatanya, ayat yang kedua berbunyi: “Maka, Kami jadikan yang demikian itu
peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian,
serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut diubah
menjadi kera sebagai peringatan bagi mereka yang akan datang kemudian.
3) Hukuman ini terjadi hanya sekali dan pada sekelompok
orang yang terbatas jumlahnya, sementara teori evolusi mengajukan jalan cerita
yang tak masuk akal dan tak ilmiah bahwa kera berkerabat dengan semua manusia.
4) Ayat itu mengatakan bahwa manusia diubah menjadi kera;
evolusi mengatakan yang terjadi adalah sebaliknya.
5) Al Qur’an 5: 60 menceritakan bahwa
ada suatu masyarakat yang telah berlaku menyimpang lalu membangkitkan murka
Allah dan diubah menjadi kera dan babi. Ayatnya berbunyi:
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu
tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu
di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka
(ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?” Mereka
itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus”. (QS. Al Maa-idah, 5: 60)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagaimana
telah ditekankan buku ini, evolusi dan para pendukungnya terperangkap habis
karena ilmu pengetahuan secara menyeluruh menolak Darwinisme. Para evolusionis
menyadari hal ini dan, akibatnya, ada dalam kepanikan besar. Karena itu, mereka
menyerang siapa saja yang membela kebenaran penciptaan dalam acara-acara
diskusi, debat, dan di mana saja. Namun, karena tidak memiliki jawaban, mereka
hanya mencoba meraih kembali keunggulan bicara.
Dalam kenyataannya, tiada bukti bagi teori evolusi selain
pendapat dan “kepercayaan pribadi”. Muslim harus waspada akan anjuran penuh
tipuan ini yang mencoba menunjukkan bahwa kebenaran penciptaan juga adalah “kepercayaan pribadi”. Anjuran sedemikian dengan mudah dikalahkan, sebagaimana
kita baca dalam ayat berikut:
“Sebenarnya Kami melontarkan
yang hak kepada yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan
serta merta yang bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu
mensifati (Allah dengan sifat sifat yang tidak layak bagi-Nya)”. (QS.
Al Anbiyaa’, 21: 18)
“Adapun
orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang
lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah
diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar”.
(QS. Al Anfaal, 8: 73)
“Mereka menjawab, “Mahasuci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Sungguh Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Al Baqarah, 2: 32)
Dan bagi
manusia di era modern seperti sekarang pastilah bisa membedakan anatar yang
benar dan salah, anatara pendapat yg ateis dan tidak, dan dapat memilah ilmu
pengetahuan.
B.
Saran
Berdasarkan
penjelasan makalah yang telah kami buat, kami menyarankan bahwa dalam menerima
suatu ajaran atau ilmu pengetahuan hendaklah lebih sleektif. Kita sebagia
manusia yg beradab tentunya tidak mau terus dibohongi oleh para pendahulu kita
dan menerima apa saja yang mereka katakan tanpa kita meneliti sendriri. Dan
manusia sebagai manusia beradab hendaklah senantiasa berpegang teguh pada agama
dan kitab suci, agar hidup tetap terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Annonimus.
2011. Evolusi. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi.
diakses tanggal 15 desember 2011
Yahya,
Harun. 2011. Keruntuhan Teori Evolusi.
(online) http://www.harunyahya.com
/indo/buku/keruntuhan001.htm. diakses tanggal 15 desember
2011
Yahya,
Harun. 2011. Menyanggah teori Darwinisme. (online) http://www.harunyahya.com/indo/buku/
Menyanggah teori Darwinisme. diakses tanggal 15 desember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)